Berauchannel.blogspot.com menerima BC sangat mengagetkan melalui WA teman. Kelompok pemuda
dari Gereja Gidi melakukan protes ketika gema takbir Idul Fitri berkumandang
dari masjid di perkampungan Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua. Akhirnya
protes tersebut berujung pembakaran masjid/mushollah yang berada di dekat kantor koramil setempat.
Komnas HAM seperti yang dilansir Republika menyesalkan tindakan
pembakaran masjid tersebut.
Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigay yakin tidak adanya kebencian masyarakat Papua terhadap agama Islam.
"Tentu kita semua sangat menyesal. Kepolisian harus mengusut semua
rangkaian peristiwa itu. Mulai dari pelarangan ibadahnya, penembakan, dan
pembakarannya (masjid)," ujar dia.
HTI Kecam Pembakaran Masjid Di Papua.
HTI/Hizbut Tahrir
Indonesia mengecam penyerangan terhadap umat Islam saat sholat Idul Fitri yang
disusul dengan pembakaran masjid di Kabupaten Tolikara Papua pada Jumat
pagi (17/7).
“ Hizbut Tahrir
Indonesia mengecam keras tindakan brutal ini, apalagi dilakukan saat umat Islam
melakukan ibadah sholat Idul Fitri,” kecam Rochmat S. Labib ketua DPP Hizbut
Tahrir Indonesia.
Menurutnya, tindakan
ini merupakan kedzoliman berulang yang terjadi pada umat Islam, terutama di
daerah-daerah umat Islam menjadi minoritas.
“Aksi brutal ini
menunjukkan kegagalan negara sekuler melindungi umat Islam, dimana peran negara
saat umat Islam didzolimi ? ” tanyanya.
Rochmat S labib juga
menyayangkan pernyataan Wapres JK yang menyebutkan pemicu masalah ini adalah
speaker atau pengeras suara. Masak gara-gara pengeras suara lalu boleh bakar-bakar masjid?
Pernyataan JK ini
mengesankan seolah-olah umat Islamlah yang menjadi pemicu. Tambahnya, hal ini
merupakan pola berulang selalu menyalahkan umat Islam yang menjadi korban.
Menurutnya, adanya
surat larangan yang dikeluarkan gereja terhadap ibadah umat Islam, menunjukkan
masalah ini bukan sekedar speaker. Ditambah lagi adanya berbagai bentuk tekanan
terhadap umat Islam selama ini di beberapa tempat di Papua.
“Kalaupun ada masalah
pengeras suara, apakah kemudian boleh bakar-bakaran seperti itu ?” tanyanya.
Apalagi, lanjutnya,
sholat Idul fitri tidaklah membutuhkan waktu yang lama, biasanya, tidak
lebih dari 1 jam, apa salahnya memberikan umat Islam kesempatan dalam
waktu yang tidak begitu lama untuk beribadah, ujarnya yang dimuat dalam Hizbut-tahrir.or.id.
Kejadian yang menodai toleransi beragama tersebut hendaknya tidak membuat umat Islam terprovokasi. Namun direnungkan bersama sejenak, Banyak Laskar Ormas Islam turut menjaga Gereja saat Natalan, Inikah Balasannya?
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Banyak Laskar Ormas Islam Menjaga Gereja saat Natalan, Inikah Balasannya?"
Post a Comment
Silahkan komentar dengan tidak membubuhkan link promosi. Harap hindari SPAM karena pasti akan dihapus oleh Admin